Angkat Isu DBD, Teater Emka Tampil Libatkan Lingkungan Warga

SEMARANG – Teater Emper Kampus (Emka) dari Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Undip menggelar pementasan dengan lakon ‘Segoro Geger’ dengan mengusung isu tentang kesehatan nelayan, khususnya menyoroti masalah sakit demam berdarah atau DBD.

Lakon yang mempertontonkan kehidupan sehari-hari nelayan di lingkungan sekitar. Dikemas secara apik dan dengan konsep dan dimainkan latar belakang sekitar lingkungan warga di RT 06/16, Tambakrejo, Kelurahan Tanjung Mas, Kecamatan Semarang Utara.

Cerita berawal ketika Sumadi yang diperankan Zul, sosok nelayan setempat, mengeluhkan sakit panas yang tak mereda. Sumadi ternyata terjangkit DBD, dan dilarikan ke rumah sakit.

Adegan tumbangnya Sumadi yang merupakan suami dari Samsiah (Naomi Calesta), menjadi klimaks dalam panggung berlatarkan rumah warga sekitar.

Sutradara Segoro Geger, Citako Candra Kharisma mengatakan, Emka berusaha mengkritisi isu sosial yang umum terjadi, namun sering luput diperhatikan.

Masalah kesehatan para nelayan saat melaut sering dianggap enteng, karena masalah ekonomi. Kebanyakan keluhan sakit menjadi disamaratakan sebagai meriang atau demam biasa, tanpa menyadari apa penyebab aslinya.

Kebersihan lingkungan, juga disorot, lantaran kini banyak kelompok sosial yang mengesampingkan urusan kerja bakti. Sesederhana melakukan jentik nyamuk, melakukan 3M, serta tindakan preventif lainnya, dirasa mulai memudar di lingkungan warga.

Sebab akibat mengenai penyakit bermunculan, justru sering dikaitkan dengan hal berbau mistis.

Segoro Geger diperankan oleh Naomi Kalesta sebagai Samsiah, Zulkifli Muhammad sebagai Sumadi, Cindy Kirani sebagai Yu Mar, Sri Hartanto sebagai Pak RT, dan Nabila Reyrachma sebagai Mbak Wati.

Pimpinan Produksi Pentas Segoro Geger, Damar Hisam, menambahkan Pentas Kampung merupakan salah satu program tahunan Teater Emka yang dilaksanakan di tengah warga. Hal itu menjadi bagian dari teater yang diperuntukkan untuk hiburan untuk rakyat.

Pemilihan Kampung Tambakrejo sebagai lokasi pentas sesuai dengan isu yang dibawakan. Observasi dilakukan berkali-kali dalam proses penggarapan. Hasilnya di kampung itu kasus demam berdarah dengue (DBD) dapat dikatakan tinggi untuk luas kampung yang tidak besar. (Dna)

Berita Terkait