SEMARANG (lensasemarang.com) – Musyaffa Rafdi (23), lulusan S1 Kriminologi Universitas Budi Luhur Jakarta yang sedang menempuh pendidikan S2 Kriminologi Universitas Indonesia (UI), tercatat sebagai salah satu calon siswa Sekolah Inspektur Polisi Sumber Sarjana (SIPSS) Polri 2025.
Rafdi juga sarat prestasi taekwondo. Tercatat, pada tahun 2022 dia menyabet medali emas Jianguo Chinese Taipei Taekwondo Championship 2022.
Pemuda asal Jakarta Barat itu mengatakan impian menjadi polisi muncul sejak dia kuliah. Teman-teman di kampusnya banyak yang anggota Polri.
“Nah temen-temen saya di S-2 ini banyak dari kepolisian, ada pangkat kompol (komisaris polisi), ada AKP (ajun komisaris polisi), iptu (inspektur polisi satu) juga ada,” kata Rafdi saat ditemui di Gedung Werving Hoegeng Kompleks Akademi Kepolisian, Kota Semarang, Selasa (25/2/2025).
Dirinya mendapat banyak cerita tentang pengalaman memecahkan kasus dari anggota-anggota Polri tersebut. Dia lalu berpikir agar ilmunya bisa diterapkan langsung maka Polri adalah tempat yang tepat untuk dia berkarir.
“Sering berbagi pengalaman juga mereka di dalam kelas, jadi bener-bener termotivasi mendaftar di instansi yang sama kayak mereka (Polri), jurusan kriminologi juga erat sekali dengan kepolisian,” ujar Rafdi.
Juara Taekwondo
Selain Gold Medal Jianguo Chinese Taipei Taekwondo Championship 2022, Rafdi juga meraih Gold Medal Friendship (Internasional) Ukraine Taekwondo Championship 2021. Kemudian meraih Gold Medal Bandung Internasional E-Poomsae Tournament 2021.
Rafdi menyabet Silver Medal Taekwondo Bharaduta Cup Polri (Nasional) 2021, dan juga Silver Medal Best of The Best Kartika X Challenge Taekwondo 2019.
Dirinya juga meraih Bronze Medal di Maluku Nasional Virtual Poomsae Taekwondo (Nasional) 2021. Pada 2019, Rafdi mendapat Bronze Medal Piala Kemenpora RI – The Kick Indonesia Taekwondo Championship.
“Kalau di taekwondo saya lebih ke seni beladirinya (Poomsae) bukan fighting,” kata Rafdi.
Prestasinya ini juga yang membuat Rafdi selalu mendapat beasiswa dari SMP hingga kuliah Sarjana, meski sudah diterima lewat jalur prestasi, bukan berarti akademik dan prestasinya tak dipantau.
“Jadi jalur prestasi itu bebas milih sekolah ternama di Jakarta,” jelas dia.
Rafdi mengatakan ada batasan IPK (Indeks Prestasi Kumulatif) dan medali kejuaraan yang harus diraih agar dia tetap menerima beasiswa. Jika dalam satu semester dia tak menorah prestasi, maka dia harus membayar sendiri uang kuliah.
“Kalau medali emas satu, kalau perak dua medali. Ada batasan IPK juga. Kalau di semester kita nggak punya prestasi kejuaraan atau pertandingan, ya bayar sendiri (kuliahnya) di semester itu,” terang Rafdi.