SEMARANG – Beredar aksi massa membawa bendera berlogo NU dan Ansor datang menolak eksekusi lahan di Jalan Kalimasada Banaran Gunungpati pada Selasa (16/9). Kabar yang beredar bahwa aksi masa tersebut menolak lahan sengketa Masjid Al-Barokah dan Madrasah Diniyah tidak benar
Ketua Tanfidziyah PMWC Nahdlatul Ulama Gunungpati, Muhammad Puji Wibowo mengatakan masjid dan madrasah itu terpisah dengan lahan yang menjadi sengketa.
“Jadi tidak benar pada lokasi sengketa lahan terdapat masuk dalam obyek sengketa. Kami punya data lengkap bahwa masjid dan Madrasah Diniyah sudah ada sertifikat wakaf perkumpulan NU,” kata Muhammad Puji Wibowo saat ditemui di kantornya, Sabtu (13/9).
Dia menyebut masjid yang dimaksud tidak benar akan dieksekusi. Bahkan narasi yang muncul membuat, ia khawatir dapat menyulut kemarahan umat Islam.
“Saya menyampaikan klarifikasi bahwa itu tidak benar,” ungkapnya.
Terkait pengerahan massa membawa bendera berlogo NU dan Ansor, pihaknya tidak mengetahui dari mana asal massa tersebut.
“Koordinasi kami di ranting Banaran tidak ada perintah langsung mengikuti kegiatan tersebut. Itu massa dari mana,” ujarnya.
Dikatakannya, kyai yang disebut dalam sengketa itu tidak memiliki pondok pesantren dan Santri. Namun sebutan kyai merupakan sebutan lumrah dikalangan NU.
“Secara kultur di masyarakat dia dipanggil pak Haji lumrah untuk orang yang pernah haji dan hadir di forum hajatan setempat seperti tahlil karena yang paling tua,” jelasnya.
NU tidak ada keterlibatan dalam sengketa lahan tersebut. Sebab lahan yang dimaksud masjid dan Madin sudah sertifikat wakaf NU.
“Dari video itu banyak yang nonton dan komennya sudah menjurus ke arah kekerasan. Ini yang luruskan agar tidak terjadi berita liar,” pungkasnya.
