SEMARANG (lensasemarang.com) – Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik IDBU Tim 32 KHDTK Wanadipa Undip Tahun 2025 telah menginisiasi rangkaian program strategis yang dilaksanakan sejak 20 Mei 2025 hingga 17 Juli 2025 untuk mengembangkan kawasan agrowisata berbasis pelestarian lingkungan di Desa Mluweh, Kabupaten Semarang.
Selama dua bulan lebih, para mahasiswa merancang kontribusi nyata dengan memanfaatkan kekayaan sumber daya alam lokal yang selama ini belum tergarap secara maksimal.
Desa Mluweh dikenal dengan kekayaan alamnya yang melimpah, mulai dari bentang lahan hingga posisinya yang strategis dekat dengan kawasan KHDTK Wanadipa Undip.
Melihat potensi ini, para mahasiswa menyusun strategi pengembangan agrowisata yang tidak hanya berorientasi pada ekonomi, tetapi juga mengedepankan edukasi, konservasi, dan pemberdayaan masyarakat.
“Program ini diawali dengan identifikasi potensi lokal serta tantangan lingkungan. Kami menemukan bahwa rendahnya kesadaran masyarakat terhadap pelestarian lingkungan menjadi hambatan utama dalam pengembangan sektor wisata desa,” kata Raffa Ariq selaku Ketua Program 3 KKN-T IDBU Tim 32.
Salah satu inovasi teknis yang diterapkan adalah pembangunan sistem irigasi konservatif menggunakan air hujan. Tim 32 membangun gasebo multifungsi yang atapnya difungsikan sebagai penangkap air.
Air tersebut kemudian dialirkan ke kolam penampungan dan drum penyimpanan, yang selanjutnya digunakan untuk irigasi bedengan tanaman hortikultura seperti cabai dan terong.
Selain itu, mahasiswa juga mendesain jalur edukatif berbentuk track yang menyusuri petak-petak demplot. Jalur ini memungkinkan pengunjung menikmati kawasan sambil mempelajari jenis-jenis tanaman dan praktik pertanian ramah lingkungan.
“Kami menyiapkan dua jalur, yaitu track pendek untuk pemula dan track panjang untuk pengunjung yang ingin menikmati petualangan yang lebih intens,” tambah Raffa.
Untuk memperkuat pemahaman warga mengenai potensi yang ada, dibuatlah maket agrowisata sebagai media visualisasi.
Maket yang dibuat oleh Tim 32 ini dirancang berdasarkan skema teknis dan data lapangan yang telah dikumpulkan sebelumnya.
Beragam material digunakan dalam proses perakitannya, seperti duplex, styrofoam, kawat baja hitam, dan akrilik. Dari bahan-bahan tersebut, para mahasiswa membentuk elemen-elemen utama kawasan agrowisata, mulai dari tata ruang, proporsi bangunan, kontur lahan, hingga penempatan fasilitas seperti green house, gasebo, jembatan gantung, toilet, dan ruang workshop.
Dengan desain yang representatif, maket ini menampilkan hubungan antar zona secara menyeluruh, sehingga siapapun yang melihatnya dapat langsung membayangkan bentuk kawasan yang akan dibangun di lapangan.
Pembuatan maket ini menjadi strategi penting untuk memperjelas rancangan kepada stakeholder. Program edukasi mengenai pengembangan agrowisata pun digencarkan.
Mahasiswa program 3 membuat booklet “Mengenal Potensi Agrowisata Desa Mluweh” serta poster-poster infografis. Selain disosialisasikan, materi-materi tersebut juga dipasang di titik-titik strategis desa. Materi poster mencakup manfaat agrowisata, teknik bertani ramah lingkungan, hingga potensi ekonomi dari olahan hasil pertanian.
Sebagai bentuk dukungan kelembagaan, Tim 32 juga menginisiasikan pembuatan kontrak perjanjian kerja sama terkait kepesanggeman bagi penggarap lahan di Desa Mluweh dibawah binaan pihak KHDTK Wanadipa Undip.
Kerja sama ini membuka legalitas pengelolaan lahan KHDTK oleh masyarakat secara produktif namun tetap konservatif. Selain itu, perjanjian ini bertujuan untuk mengorganisasi pengelolaan kawasan secara lebih terstruktur dan berkelanjutan.
Sosialisasi dilakukan secara terbuka dengan pendekatan partisipatif agar warga merasa memiliki kawasan.
Meski pembangunan berjalan baik, tantangan tetap muncul. Kontur lahan yang tidak rata menjadi kendala saat membangun gazebo dan membuka jalur akses. Selain itu, masih banyak warga yang belum memahami fungsi KHDTK Wanadipa Undip, sehingga perlu dilakukan edukasi mendalam tentang ruang terbuka edukatif ini.
Program ini telah menunjukkan dampak positif, baik dari sisi teknis, sosial, maupun edukatif. Sistem irigasi sederhana berhasil menjaga kelembaban tanah, sementara pembukaan jalur memperlancar mobilitas dan akses pengunjung.
Desain visual berupa maket membantu mempercepat pemahaman, sedangkan media promosi meningkatkan antusiasme warga.
Kombinasi antara edukasi, pembangunan fisik, dan penguatan kelembagaan menjadikan program agrowisata Desa Mluweh sebagai salah satu contoh pengabdian yang terpadu. Mahasiswa Tim 32 berharap inisiatif ini dapat terus dilanjutkan oleh masyarakat dan pihak terkait untuk menjadikan Desa Mluweh sebagai destinasi agrowisata edukatif yang berkelanjutan.