SEMARANG – Iringan suara tambur dan denting simbal di sepanjang jalan, ratusan umat Kelenteng Kwan Sing Bio, Tanahmas, Semarang, Jawa Tengah meriahkan kirab perayaan Namo Jia Lan Pu Sa atau hari kesempurnaan, Rabu (29/10).
Dengan penuh khidmad, umat mulai bergerak dari pelataran Klenteng Kwan Sing Bio. Kirab budaya itu diikuti pasukan pengawal yang membawa pusaka Dewa Kwan Kong. Di belakangnya, naga dan barongsai.
Tak luput itu kesenian dari kuda lumping, kesenian Liong, hingga karawitan juga ikut meriahkan puncak perayaan HUT ke-21 TITD Klenteng Kwan Sing Bio. Bahkan ada umat membawa Tandu Kio dengan memperlihatkan aktraksi goyang ke kanan dan ke kiri. Arti makna itu sebagai contoh umat menggotong kio berisi rupang Namo Cia Lan Phu Sa.
Tak hanya dari umat Tionghoa, kali ini atraksi naga dan barongsai dari TNI juga ikut ambil bagian. Sebuah simbol kebersamaan lintas golongan.
Suasana makin semarak saat kelompok gedawangan dan penabur bunga yang terdiri dari perempuan berparas cantik turut melintasi jalan. Taburan kelopak dan aroma dupa bercampur, menciptakan nuansa sakral sekaligus meriah.
Tak ketinggalan, kelompok Jathilan dan petinsai (penari singa kecil) menampilkan gerak tari penuh energi. Sehingga, memikat mata warga yang memadati sisi jalan.
Ketua Yayasan TITD Kwan Sing Bio Husen Sjarifudin mengatakan pelaksanaan kirab budaya tersebut bukan kegiatan rutin tahunan. Namun yang menjadi istimewa kirab budaya ini bertepatan dengan ulang tahun klenteng.
“Kegiatan hari ini adalah upacara Kirab Budaya dan bertepatan dengan ulang tahun ke-21 kelenteng. Tahun lalu sebenarnya sudah direncanakan, tapi situasinya belum memungkinkan, jadi kami adakan sekarang,” kata Husen.
Kirab kali ini tidak hanya menampilkan tradisi Tionghoa, tetapi juga menggabungkan unsur budaya Jawa dan nasional. Pihaknya mengajak semua umat dan golongan untuk bekerja sama, saling dukung, saling bahu-membahu.
“Harapan kami, rakyat Semarang bisa makmur, hidup rukun, dan semoga kota ini selalu dijauhkan dari bala maupun bencana,” ungkapnya.
Arak-arakan tak sampai jauh sekitar enam kilometer. Hanya berkeliling di kawasan Tanah Mas, area sekitar Jalan Tanggul Mas Raya, yang menjadi pusat kegiatan klenteng.
Meski rute singkat, makna yang dibawa sangat mendalam. Sebagai simbol keharmonisan dan rasa syukur atas perjalanan panjang rumah ibadah yang telah berdiri lebih dari dua dekade.
Dari pusaka, doa, hingga atraksi naga, kirab di Kwan Sing Bio menjadi peneguh, bahwa Kota Semarang tetap hidup dalam keberagaman. Tempat di mana budaya, iman, dan persaudaraan berpadu dalam langkah yang sama.
“Kami berharap kota ini senantiasa dilimpahi berkah dan dijauhkan dari segala marabahaya,” pungkasnya.
